Senin, 24 Januari 2011

Analogi cinta Soe Hok Gie


Siapa sih yang ga kenal Soe Hok Gie? Seorang pemuda yang rupawan dimana dulunya dia adalah seorang penulis. Tulisannya bisa dikatakan sangat berani karena dibawah tekanan yang sangat keras dimana nyawa seseorang adalah hal yang dianggap sepele, dia berani mengungkapkan fakta-fakta dan kritikan terhadap kondisi saat itu. Pemuda yang juga mahasiswa Fakultas Sastra UI ini memiliki sahabat-sahabat yang akrab sekali, yaitu Herman, Denny dan Ira. Cowok berdarah oriental yang suka naik gunung ini, terkadang bersama sahabat-sahabatnya dan anggota mapala Fakultas Sastra sering naik gunung untuk menghilangkan penat atau sekedar mencari udara segar.

Seperti kehidupan mahasiswa pada umumnya, gie juga mengalami indahnya cinta dan persahabatan. Dalam film Gie produksi tahun 2005, Gie diceritakan ada rasa dengan sahabatnya, Ira. Akan tetapi, Gie sangat menghormati Ira, hingga kerap kali ditanya sahabat-sahabatnya tentang hubungannya dengan Ira, ia menjawab “Ira itu beda, dan saya menghormati Ira sebagai sahabat” Ira pun juga demikian. Namun, siapa tahu isi hati orang?

Setelah beberapa lama, Gie berkenalan dengan Sinta. Perkenalannya saat itu membuat Gie dan Sinta saling tertarik dan sesekali diceritakan Gie mengunjungi rumah Sinta. Seperti halnya kaum muda yang dilanda kasmaran, Gie dan Sinta pun semakin dekat, bahkan sering jalan berdua berkeliling kota menikmati suasana malam. Ira yang mengetahui kedekatan Gie dan Sinta mendadak bersifat aneh, Ira kerap menghindar dari Gie dan bahkan tidak pernah menemui Gie. Hm… apakah ini yang dinamakan cemburu?

Ternyata, cinta antara dua muda-mudi yang gagal bersatu karena mengatasnamakan persahabatan tidak hanya terjadi di era millennium saja, tetapi tempo doeloe kala sudah ada kasus seperti itu juga. Jaman sekarang, kasus ini sering bermunculan dengan banyak variasi, salah satunya TTM (Teman Tapi Mesra). Kebanyakan orang yang ber-TTM-an, mengaku bahwa pasangan mereka adalah hanya sebatas teman belaka, tapi kenyataannya kerap kali terselip kata-kata mesra di antara mereka. Walau tidak mengakuinya, tetapi dari tindakan mereka yang bila diperhatikan dengan seksama adalah suatu bentuk kasih sayang itu menunjukkan adanya perasaan cinta yang mendalam.

Mengapa tidak jujur saja dan bilang I love you ? kebanyakan akan menjawab, “saya tidak ingin merusak persahabatan yang sudah terjalin baik” okey, jawaban yang logis memang, tapi bukankah itu sama saja membohongi diri sendiri? Hm… memang kejujuran itu kadang terasa pahit, coba bayangkan ada kasus seperti itu dan si cowok nekat mengungkapkan isi hatinya. Namun apa yang terjadi? Terjadilah penolakan dari kubu si cewek. Secara teori, kondisi seperti ini tidak mengganggu persahabatan, namun dalam kenyataannya cewek yang cenderung bersifat sensitive, lama-kelamaan akan merasa tidak enak dan menjauh dari si cowok. Persahabatan yang mereka jalin selama ini akan musnah begitu saja. Itulah alasan mengapa banyak yang mempertahankan hubungan yang disebut TTM ini.

Sampai sekarang ini, belum ada cara yang paling jitu untuk mengatasi kasus di atas.  Tapi ada beberapa langkah yang patut dilakukan, yaitu pertama, tetap jaga komunikasi yang baik : okey, setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai, dan semua itu adalah pilihan.  So, jika kamu memilih untuk mengungkapkan perasaan, ungkapkanlah dengan tulus. dan jika kamu memilih untuk memendam perasaanmu, hm… jagalah itu semua untuk persahabatan kalian dan jangan marah kalau sahabatmu sudah jadian dengan orang lain. Hidup itu pilihan, terserah kamu mau mengungkapkannya atau memendamnya sampai mati, seperti yang dilakukan Soe Hok Gie. Gie mengungkapkan isi hati untuk terakhir kalinya kepada ira melalui puisi yang ditulisnya dalam sepucuk surat.

Puisi Soe Hok Gie untuk Ira

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Virhaza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku…
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendalawangi

Ada serdadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biavra
Tapi aku ingin mati disisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satupun setan tahu

Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa

Nasib terbaik adalah tidak pernah terlahirkan
Yang kedua adalah dilahirkan tapi mati muda
Yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda

Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu

Soe Hok Gie meninggal di puncak gunung Semeru pada bulan Desember 1969 di pangkuan sahabatnya, Herman Lantang. Catatan hariannya diterbitkan pertama kali di tahun 1983. Di ambil dari film Gie, produksi tahun 2005.

Belajar dari Semut

Desember 2010
Pagi ini, saya masih disibukkan dengan laporan mata kuliah praktikum ekowan (ekologi hewan) yang tak kunjung selesai. Deadline yang tinggal dua hari membuat saya harus bekerja keras agar bisa mengumpulkan laporan tepat waktu. Karena terlalu asyiknya mengerjakan laporan (ML), saya hampir tidak keluar kamar. Saya keluar kamar, hanya saat lapar dan ingin ke kamar mandi. Bosan, itu yang memenuhi kepala saya saat itu. Untuk mengusir kepenatan dan kejenuhan ML, terkadang saya bermain skateboard mini dan sesekali melamun.

Lamunan saya teralihkan pada barisan semut yang berbaris rapi di pojokan kamar. Saat itu, saya berpikir, “mengapa mereka berbaris seperti itu? Apa yang mereka lakukan? Mungkinkah ada makanan yang mereka incar di kamar saya?”. Ternyata mereka hanya lewat saja di kamar saya. Saya terus memperhatikan mereka, dan saya terpikir akan sesuatu yang menjadikan saya iri dengan semut-semut itu.

Sesibuk apapun semut-semut itu, bila bertemu dengan semut lainnya pasti akan berhenti sejenak untuk sekedar menyapa temannya.

Alangkah bahagianya semut-semut itu, punya teman yang sangat menghargai dan selalu ada untuk mereka. Saya iri dengan semut, saya punya banyak teman tapi mengapa saat saya membutuhkan teman hanya untuk sekedar menemani ngobrol tidak ada satupun yang muncul. Sesibuk itukah mereka, hingga 1 menit untuk “say hello” pun tidak bisa? Terasa seakan-akan mereka meninggalkan saya. Dan untuk sejenak, saya berhenti mengerjakan laporan dan berbaring memikirkan hal itu.

Saya kembali teringat akan dua sahabat saya, gama dan ani. Saat ini ani sangat sibuk sekali, entah apa yang dikerjakannya, saya tidak tahu. Saya tidak masalah dengan itu, tetapi bagi gama tidak demikian. Gama merasa tidak terima dengan kesibukan ani, “ Oke, aku tahu kalo dia sibuk, tapi sesibuk-sibuknya dia, apa ga bisa bales sms sebentar? Bales sms paling ga ada semenit kan? Oke kalo mintanya seperti itu… aku ga akan sms dia, sebelum dia sms duluan…” saya semakin pusing dengan sahabat saya yang lain, ellya, terkadang dia menjadi sangat mellow dan sering sms saya, “mengapa aku kadang merasa sendirian???” dan pikiran saya sudah habis dengan ditambah sahabat dekat saya, Christine, yang akhir-akhir ini semakin menghilang. Apakah ini yang namanya dilema cinta, persahabatan dan kesibukan?

Tidak lama, Hand Phone saya berteriak tanda pesan singkat diterima. Saya buka, ternyata dari karina, adik tingkat saya di kampus, yang akhir-akhir ini memang sering sms-an dengan saya. Pesan singkat yang saya terima inilah yang membukakan mata hati saya tentang arti persahabatan sesungguhnya. Inilah isi pesan singkat itu :

1pljrn dr semut : sbrppun sbukny,mrk sll bhenti u/mnypa tmn2ny. Dan 1hal indh yg aku lakukn saat ni adl bhenti sbntr dr ksbukn u/mnyapa shbt2ku

Ada beberapa hal yang kemudian membuat saya tersadar yaitu bahwa saya salah jika menganggap teman saya meninggalkan saya, ternyata selama ini sayalah yang kadang menghilang bagai ditelan bumi saat sahabat-sahabat saya membutuhkan bantuan saya. Sekarang saya tahu : karena kesibukan, saya melupakan teman saya; karena terlalu egois, saya tidak memperhatikan teman saya; karena cuek, saya menelantarkan teman saya.

Saya sadar : tidak ada satu semutpun yang bisa sukses membangun sarang bagi ratunya jika ia hanya sendirian saja dan tidak ada satu semutpun yang bisa hidup tanpa adanya teman. Begitupun juga saya dan sahabat saya, tidak bisa menjalani hidup ini jika kita berjalan sendiri-sendiri. Terkadang ada saat dimana salah satu dari kita sangat sibuk dengan segala tugas dan hal lainnya, di saat itulah arti sahabat sebenarnya baru terasa. Sahabat yang baik adalah sahabat yang setia, selalu mendukung dan menyemangati sahabatnya yang membutuhkan; jadi saya harus peka terhadap sahabat-sahabat saya, hingga saya tahu, kapan saat yang tepat untuk ngajak maen dan kapan saya harus memberikan semangat dan dukungan bagi mereka.

Mulai saat itu, saya bertekad ingin menjadi seperti semut ; seberapa sibuknya, saya akan berhenti sejenak untuk sekedar mengirim pesan singkat sebagai bentuk perhatian saya untuk sahabat-sahabat saya. Dan tanpa membuang waktu, saya mulai mengirimkan pesan singkat kepada sahabat-sahabat saya. Terima kasih untuk karina yang menyadarkan saya dengan mengirimkan pesan singkat itu, juga kepada semut-semut yang mampir ke kamar saya.

Sudah waktunya kembali mengerjakan laporan, perasaan saya sudah plong juga; tersadar bahwa saya memiliki banyak teman dan sahabat.  Okey, jadi semangat mengerjakan laporan. Semangat….

Januari 2011
Saat ini, gama dan ani sudah baikan seperti dulu lagi. Untuk ellya, kata dia, dia sudah tidak merasa seperti itu lagi, tapi dari mimik wajahnya terpancar ada sedikit yang mengganjal, hm… sahabatmu ga akan meninggalkanmu el... sebisa mungkin saya akan menyemangatimu el… SEMANGAT… Christine, sempet juga saat itu kita miskom dan membuat kamu jengkel, tapi sudah teratasi kok. Maaf ya buat Christine, kadang aku yang sangat sibuk, hingga melupakanmu, Hehehe. Untuk karina; makasih ya dek… udah mau nemenin sms-an di saat aku lagi butuh temen buat ngobrol n crita-crita, walo bisa dibilang baru kenal, tapi aku nyaman kok ngobrol ma kamu… ^_^