Kamis, 23 Desember 2010

Praktikum Ekotum : PCQ

Tuesday, June 22, 2010, 5:21:42 AM
Pagi itu mahasiswa pendidikan biologi FKIP UNS angkatan 2007 bersama sejumlah dosen dan asistennya sudah berkumpul di gerbang belakang UNS untuk persiapan praktikum mata kuliah ekologi tumbuhan (ekotum) di Tlogo Dlingo – Tawangmangu. Jarak antara Kampus dan lokasi yang lumayan jauh, membuat kami harus berangkat pagi-pagi buta agar bisa memaksimalkan waktu praktikum. Tak dapat dipungkiri masih banyak yang mengantuk karena semalaman harus berkoordinasi tentang pembagian lokasi pengamatan, peralatan yang harus dibawa, perlengkapan pribadi dan yang paling penting adalah konsumsi. :P
 
gambar : berkumpul pagi buta untuk pemberangkatan

Apa sih yang sebenarnya kita lakukan di praktikum kali ini?

Oke, sebelum saya cerita lebih lanjut, saya akan sedikit menerangkan tentang praktikum kita kali ini.
 
Begini, kami akan mempraktekan Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan tentang PCQ (Point Center Quarter). Dalam PCQ, kami akan menentukan suatu titik pada peta, dan titik tersebut akan dicari menggunakan kompas bidik. Titik-titik ini dalam kenyataannya adalah suatu area dimana kami harus menemukan pohon terdekat dari titik tersebut. Bila satu area sudah ditemukan maka pertama kali yang dilakukan adalah menentukan arah utara. Arah utara tersebut akan dijadikan sebuah patokan dalam pembagian menjadi 4 kuadran, yaitu kuadran 1, 2, 3, dan 4. Pada tiap kuadran, dicari pohon yang paling dekat dengan pusat titik dan diukur jaraknya ( dilambangkan dengan huruf d ). Tidak semua pohon dapat digunakan, pohon yang bisa digunakan memiliki syarat khusus yaitu pohon haruslah pohon yang sudah mature atau sudah dewasa, jadi minimal sudah berbunga.

Tujuannya?
Tujuannya untuk mempraktekkan teknik PCQ sebagai suatu teknik untuk mengadakan sensus pohon. Selain PCQ, di sini kami juga mempraktikumkan LCC (Lower Crop Community), hampir sama dengan PCQ, tetapi lebih dikhususkan pada rumput-rumputan. Biasanya yang umum dilakukan adalah sensus penduduk, tetapi kali ini kita akan sensus tanaman. Kurang kerjaan…

Oke, itu sedikit kata pengantar dari saya. Back to line story

Berangkat

Persiapan di lokasi pemberangkatan sudah selesai, akhirnya kamipun berangkat. Menuju TKP, kami menunggangi truk TNI layaknya prajurit berangkat ke medan laga. Kondisi pemberangkatan yang sangat pagi, tidak mengijinkan kami untuk sarapan dan terpaksa kami sarapan di atas truk itu.
 
teman-teman makan di dalam truck TNI

Perjalanan naik gunung Lawu, membuat tidak sedikit dari kami yang pusing, mual-mual bahkan muntah-muntah. Kebetulan, saya duduk di belakang pak sopir yang sedang bekerja, mengendarai truk supaya baik jalannya. Kayak lagu anak-anak. Saya ingin tahu bagaimana cara pak sopir yang juga TNI itu mengemudi hingga membuat saya jadi mual. Kagetnya jantung ini, dalam kondisi jalanan yang naik (kemiringan lebih dari 45 derajat) masih sempat pak sopir smsan. Entah sms dengan istrinya atau siapa, tapi jangan berjanda deh pak sop… =.=a

Sampai TKP
Membutuhkan 2 jam perjalanan untuk sampai di TKP. Begitu sampai TKP, pertama yang kami rasakan adalah dingin yang amat sangat, hingga ada salah satu teman kami yang tidak kuat dan penyakitnya kambuh. Hm… perjuanganpun tetap harus diteruskan. Semangat…!

 Langsung turun dari truk dan berbaris tiap kelompok untuk koordinasi.

Setelah koordinasi kelompok selesai, kelompok kami  menuju lokasi bagian kami. Lokasi kami memang jauh dari tempat kami turun, jadi cukup lelah untuk mencapainya, tapi kelelahan kami terbayar dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Foto-foto dulu ah…
 
foto-foto dengan latar lokasi praktikum

First Spot
Akhirnya, kami tiba di titik pertama kami yaitu titik reseksi. Sebenarnya, saya juga tidak tahu pasti apa itu titik reseksi, yang saya tahu, inilah saatnya membuka peta. Dan kebetulan, titik kami berada di tengah perkebunan strawberry, ambil satu saja ah… :P
 
membaca peta saat reseksi awal

Titik reseksi ini sangat penting karena titik ini berguna untuk mengetahui posisi kami pada peta. Titik ini juga sangat menentukan posisi titik berikutnya. Untuk menentukan lokasi titik berikutnya pada peta, sebenarnya cukup mudah. Tapi saya sudah lupa bagaimana caranya, yang saya ingat, membuka peta, menghitung berapa derajat lokasi selanjutnya dengan busur, kemudian menggunakan kompas bidik untuk menentukan lokasi sebenarnya. And gotcha ! ketemulah lokasi selanjutnya.
 
 Ini salah satu angggota kelompok saya, eko namanya, yang bergaya seakan-akan membidik sesuatu, tetapi sebenarnya dia hanya action ingin difoto saja…

Lokasi Pertama – Kedua
Pada lokasi, kami mendapatkan 10 titik pengamatan atau 10 lokasi. Dari titik reseksi kami menuju titik pertama atau lokasi pertama. Tidak terduga, lokasi pertama sangat ekstrim, kami harus mendaki lereng dengan kemiringan hampir 75 derajat. Pemanjat lereng pertama naik sambil membawa tambang dan hanya dengan berpegang pada rumput yang bergoyang. Dengan susah payah sampai di puncak. Kemudian mengikat tambang pada pohon dan barulah tim bisa menyusul sampai ke atas lereng. Perjuangan yang sangat ekstra, tapi perjuangan itu terbayar dengan memperoleh pengalaman baru.
 
detik-detik menjelang kami mendaki lereng curam

Insting Fotografi
Pemandangan yang indah menunjukkan Kejayaan dan Kemegahan Sang Pencipta. Pemandangan yang sangat indah, ditambah sejuknya udara pegunungan, membuat hati merasakan sedikit kedamaian. Hm… kondisi seperti ini, tiba-tiba membangunkan hasrat fotografi saya. Jepretan demi jepretan pun terabadikan dalam sebuah kotak hitam kecil yang disebut kamera. Ditengah perjalanan menuju lokasi 4, saya menemui nenek-nenek yang sedang mencari kayu bakar, insting fotografi saya mulai memaksa saya untuk membidik dan mengabadikannya. Keasyikan mengambil gambar, jadi lupa tujuan utama saya ke sini yaitu praktikum.
 
hasil jepretan saya


The Last Spot
Matahari sudah berada tepat di atas ubun-ubun dan menyisakan 1 lokasi terakhir. Dalam perjalanan menuju titik terakhir, kami mendapatkan point of view yang awesome banget. Kami putuskan untuk berhenti sejenak di lokasi itu untuk beristirahat sejenak dan menyantap bekal kami. Makan siang di tengah hutan dengan puncak gunung Lawu sebagai latarnya, uh sungguh sangat menyenangkan. Kamipun mengabadikan momen itu.
 
foto kami dengan latar puncak Lawu yang menawan

Lokasi terakhir sudah kami lalui, menandakan ini saatnya untuk pulang. Hm… lereng yang kami keluhkan di awal perjalanan kami, kini menjadi ajang perosotan bagi kami, bak kembali ke Taman bermain. Jadi, kami turun lereng itu dengan pantat kami. Konyol…

Setelah tiba di tempat awal, kami mengadakan sedikit diskusi bersama dosen dan asisten. Kondisi yang lelah membuat saya tidak konsen mendengarkan penjelasan dosen, entah apa yang dibicarakannya.

mendengarkan penjelasan dosen

Perjalanan dan praktikum PCQ kami berakhir sampai di sini, kamipun kembali ke kampus. Kembali mengarungi kehidupan seperti biasanya. Seharusnya perlu dibuat sebuah peribahasa :

“Habis praktikum, terbitlah Laporan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar