Senin, 06 Juni 2011

CLBK dan Hari Terkonyol


Minggu 24 April 2011
[CLBK]
Minggu pagi saya bangun dengan sedikit susah untuk menghirup udara. Terasa sesak di dada. Setelah beberapa saat saya baru menyadari bahwa saya CLBK [Cakit Lama Bersemi Kembali] *maksa* hehehe, biarin. Entah mengapa sesak napas saya kambuh lagi, padahal sudah lama sekali tidak kambuh, hm… mungkin sudah satu tahunan lebih tidak kambuh. “mungkin cuma kedinginan, nanti siang paling juga sudah sembuh” pikir saya. Oke, awali hari dengan mengucap syukur, walau terasa sesak di dada dan sulit menghirup udara.

Siang hari juga tak kunjung lega dada ini, hm… ya sudah lah, tidur aja deh, mungkin dengan tidur bisa jadi enakan. Oke BBS [BoBo Siang] deh…

Bangun tidur, bukannya lega, malah tambah sesek nih… aduh, gimana nih, padahal nanti masih harus ngelesi lagi… hm… ga-pa-pa lah ga usah dirasakan. Penunjuk waktu menunjukkan jam 3 sore, saatnya untuk bekerja dan dimulailah kekonyolan hari ini.


[Kekonyolan Pertama]
Oke, walau sesek tapi tetep semangat… sudah mandi, wangi, ganteng *hahaha*, dan siap beraksi. Ku tunggangi motor saya yang berwarna merah hitam itu. Baru beranjak kira-kira 1 km dari rumah, si LiTa [nopol motor saya] mogok dan mesinnya mati. “jangan panik!” itu yang melintas dipikiran saya. Saya menepi dan mencoba memeriksa si LiTa *sok tahu tentang motor* dengan gaya yang masih sok cool dan tidak panik. Tiba-tiba ada air yang menetes di pipi saya *saya ga nagis lho* lama-kelamaan air yang menetes di pipi saya semakin banyak *saya ga menagis tersedu-sedu lho* ternyata itu adalah air hujan yang makin deres. Kini saya berpikir, “ini adalah saat yang tepat untuk panik…!!! *Minta tolong… [lebay]*”

Hm… saya terpaksa mendorong si LiTa yang mogok sambil lari ke tempat yang bisa untuk berteduh… jam digital di HaPe saya menunjukkan pukul 15.46 WIB, padahal saya ngelesi pukul 16.00 WIB. Haduwh… gimana nih??? Saya kepikiran mau tereak-tereak di pinggir jalan minta bantuan orang yang lewat, tapi niat itu saya urungkan nanti dikira orang stress yang baru ditolak mentah-mentah cintanya dan pengen bunuh diri.

Ya sudah, saya memilih cara yang aman. Saya telpun bokap buad bantu benerin si LiTa yang lagi ngambek ma saya. Tak berapa lama bokap tiba di TKP, membawa motor matik adek saya. Bokap bilang, “kamu pake motor ini aja [matik adek saya], biar si LiTa, papi aja yang urus, jangan ngebut2 ya…!” owh.. so sweet banget bokap gue.

[Kekonyolan kedua]
Waktu itu masih ujan, terpaksa saya harus menggunakan jas hujan. Gokilnya, jas hujan saya berwarna kuning moncolok. Bisa bayangin ga? Ujan-ujan, ada kuning-kuning melaju dengan kecepatan tinggi. Hahahaha gokil

[Kekonyolan ketiga]
Setelah berhujan-hujan ria dengan jas hujan berwarna kuning menyala, akhirnya sampai juga di rumah tempat gue ngelesi. Begitu sampai di sana, aura aneh yang di mix dengan kekonyolan yang berwarna hijau kekuningan sedikit merah bercampur dengan air hujan mulai menusuk hidung dan menambah kesesakan di dada. Ternyata firasat aneh itu memang sebuah realita. Secara tiba-tiba, muncullah sesosok kakek yang memakai baju dan celana item2, serta mengenakan sorban yang berwarna hitam pula sambil menuntun sepeda ontel klasik yang juga berwarna hitam. Waduwh… serba item semua nih kake-kakek, jangan2 ini penampakan arwah yang matinya ketimbun arang, hehehe kan pasti item semua tuh…

Niat gue, pengen menghindari dari interaksi tuh kakek-kakek aneh, *pahit pahit pahit pahit pahit*. Karena ribet melepas jas ujan yang berwarna kuning itu, akhirnya tuh kakek aneh menghampiri gue yang lagi melepas jas ujan.
Secara tidak disangka tuh kakek nyeletuk gini, “heh, le [thole, sebutan untuk anak laki-laki] kowe ngapa nanggo koyo ngono kui [jas ujan berwarna kuning]? Kowe wedi karo banyu udan yo? Aku wae ora wedi kok, ki lho, kathokku teles *sambil menunjuk celananya yang memang basah, tanda tak takut ujan*. *diam sejenak dan kembali ngomong GeJe* kowe wedi karo banyu udan, tapi ora wedi karo geni neroko, kowe kie piye le?” pokoknya ga jelas banget lah, tau ga artinya?
Gini, itu kalau diterjemahkan dalam bahasa indonesia, “ wahai kisanak, mengapa engkau mengenakan jubah pelindung hujan yang berwarna kuning seperti itu? Engkau kelihatan aneh sekali mengenakan jubah itu, coba bayangkan engkau mengenakan jubah itu ditengah hujan, kuning-kuning terguyur oleh air. Hm… seperti apa itu? *hahahaha tertawa girang* bolehkah saya memintanya, agar hidupku tidak lagi berwarna kehitaman, tapi kekuningan?” hehehe, kayak pendekar aja tuh kakek, eh, tapi kalo diliat2 emang kayak pendekar jadul gitu sih tu kakek. halah makin ngaco aja tuh kakek… kabuuuuuuuuurr…

secepat kilat masuk ke dalam rumah si anak yang saya ajar [bukan dihajar lho ya]. Setibanya di dalam rumah, anak itu sudah menunggu saya dengan muka pucat. Kenapa nih anak?

“lho kamu sakit ya, kok tampak pucat?” Tanya saya penasaran

“enggak kok…” jawabnya dengan gemetar

“terus kenapa kamu gitu?” penasaran saya bertambah

“itu ada orang gila di depan rumah, saya ga berani keluar mas…” jawab dia dengan polosnya

*saya terbengong*

Ternyata selama itu, saya berinteraksi dengan orgil??? OMG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar